aku kesulitan menulis sajak cinta
yang selalu mendekap duka dan menuntut air mata
untuk menulis sebuah sajak ini
aku harus rela menjemput rasa perih
yang hangatnya bermukim pada degup degup sesak
karna kata sakral yang kehilangan arti
semakin tersesat di perapian abadi
gerimis dan matahari
untuk menulis sebuah sajak ini
aku harus menghadirkan gelisah
yang terlampau indah dituang kenangan
saat bibirku rapuh serta terkunci
hari hari memanjang menjadi prasasti
gerimis di musim semi
untuk menulis sebuah sajak ini
aku harus melarutkan diri
dalam keasingan sebuah mimpi
yang terukir dalam wajah cangkir cangkir kopi
sedang kelam beribu malam tak jemu mengajakku berlari
berlari. untuk segera merasakan mati
untuk menulis sebuah sajak ini
aku cukup menderita, bukan ?
Muhammad Dihlyz
14 Maret 2012
0 komentar:
Posting Komentar