PUISI EMHA "Doa Pesakitan"

GUSTI, 
seperti kapan saja 
kami para hamba 
tak berada di mana-mana 
melainkan di hadapan Mu jua 
ini sangat sederhana 
tetapi kami sering lupa 
sebab mengalahkan musuh-musuh Mu 
yang kecil saja, kami tak kuasa 

GUSTI, 
inilah tawanan Mu 
tak berani menengadahkan muka 
mripat kami yang terbuka 
telah lama menjadi buta 
sebab menyia-nyiakan dirinya 
dengan hanya menatap hal-hal maya 

GUSTI, 
cinta kami kepada Mu tak terperi 
namun itu tak diketahui 
oleh diri kami sendiri 
maka tolong ajarilah kami 
agar sanggup mengajari diri sendiri 
menyebut nama Mu seribu kali sehari 
karena meski hanya sehuruf saja dari Mu 
takkan tertandingi 

GUSTI, 
kami berkumpul disini 
untuk mengukur keterbatasan kami 
melontarkan beratus beribu kata 
seperti buih-buih 
melayang-layang di udara 
diisap kembali oleh Maha Telinga 
sehingga tinggal jiwa kami termangu 
menunggu ishlah dari Mu 
agar jadi bening dan tahu malu 

GUSTI, 
kami pasrah sepasrah-pasrahnya 
kami telanjang setelanjang-telanjangnya 
kami syukuri apapun 
sebab rahasia Mu agung 
tak ada apa-apa yang penting 
dalam hidup yang cuma sejenak ini 
kecuali berlomba lari 
untuk melihat telapak kaki siapa 
yang paling dulu menginjak 
halaman rumah Mu 

GUSTI, 
lihatlah 
mulut kami fasih 
otak kami secerdik setan 
jiwa kami luwes 
bersujud bagai para malaikat Mu 
namun saksikan 
adakah hidup kami mampu begitu ? 
langkah kami yang mantap dan dungu 
hasil-hasil kerja kami yang gagah dan semu 
arah mata kami yang bingung dan tertipu 
akan sanggupkah melunasi hutang kami 
kepada kasih cinta penciptaan Mu ? 

GUSTI, 
masa depan kami sendiri kami bakar 
namun Engkau betapa amat sabar 
peradaban kami semakin hina 
namun betapa Engkau bijaksana 
kelakuan kami semakin nakal 
namun kebesaran Mu maha kekal 
nafsu kami semakin rakus 
tapi betapa rahmat Mu tak putus-putus 
kemanusiaan kami semakin dangkal 
sehingga Engkau menjadi terlampau mahal 

GUSTI, 
kamilah pesakitan 
di penjara yang kami bangun sendiri 
kamilah narapidana 
yang tak berwajah lagi 
kaki dan tangan ini 
kami ikat sendiri 
maka hukumlah dan ampuni kami 
dan jangan biarkan terlalu lama menanti 

abracadabra kita tiarap 
karena tak ada janji peluru itu 
tidak untuk ditembakkan ke jidat kita 
abracadabra kita sembunyi 
karena kata merdeka masih belum selesai diperdebatkan 
abracadabra kita masuk liang-liang gelap 
karena tak ada siapa-siapa yang menjamin apa-apa 
abracadabra kita cuma bisa mabuk 
sehingga kita tidak tahu bahwa kita mabuk 
abracadabra kita semakin mabuk 
karena setiap ingatan terlalu menusuk 

Tuhan, kamu jangan tertawa 
nyawa kami tidak hilang, hanya ketlingsut entah dimana 
dengarkan tetap kami puja keperkasaan Mu 
dalam kekaguman kami kepada diri kami sendiri 
yang tetap bisa hidup 
tanpa hak bicara dan peluang untuk berbagi 
tidakkah kamu terharu menyaksikan kepengecutan kami ? 
dan mungkinkah kamu mengutuk rasa takut dalam jiwa kami 
sedangkan ketakutan adalah anugerah Mu sendiri ? 

0 komentar:

Posting Komentar

Apakah menurut anda postingan ini menarik? silahkan bagikan..

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...