Tanggung Jawab Pemilik Akun Facebook



Facebook. Kenapa harus facebook? Mungkin lebih baik daripada dikembalikan ke dalam bentuk bahasa Indonesia nya, buku muka. Semua pasti akan bertanya-tanya apa maksudnya, itu sewajarnya. Namun sepertinya dalam hal ini salah satu kasus tidak wajar yang kta hadapi adalah, tidak adanya pertanyaan tentang hal tersebut. Kira-kira makna apa yang ingin disampaikan dari sebuah kata yang kini tidak bisa kita pungkiri bahwa ia sudah akrab, bahkan nyaris bisa dibilang kental dalam kehidupan kita. Facebook.



Seperti yang kita tau, banyak yang terjadi di Facebbok. Mulai dari menemukan sahabat-sahabat lama, bernostalgia, menambah teman baru, berbagi info, sharing/diskusi, berbisnis, sampai-sampai ke pengaduan aktifitas yang sebenarnya, entah itu difungsikan untuk apa, dan untuk siapa.

Kita mulai dengan status, Mari kita sedikit meluangkan waktu untuk mengkritisi sesuatu yang luput dari perhatian, Selain berfungsi untuk melatih berpikir kritis layaknya seorang filsuf. Mungkin ini sebuah opini pribadi, yang akan saya kemukakan.

Status, bagi mereka yang maniak, adalah sesuatu yang harus, sekali lagi saya tekankan, “harus”. Karna memang bisa jadi setiap berganti aktifitas mereka akan mempostingnya di facebook. Misalnyasedang anu, lagi nunggu si anu, hari ini hatiku anu,dsb”. Itu hal yang wajar menurut saya. Bagaimana pun juga manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup dalam tekanan, mereka perlu bebas, mereka perlu bercerita, dan mungkin sesekali curhat. Ditengah hiruk-pikuk keadaan yang kini sibuk dengan urusannya masing-masing. Mungkin facebook adalah salah satu tempat untuk bercerita, untuk berbagi pengalaman, curhat, dan sebagainya. Tidak ada yang salah. Hal ini masih dalam batas kewajaran, manusiawi.

Tapi perlahan, setidaknya bagi mereka yang menyadari, dan memperhatikan. Pasti akan timbul pertanyaan. Mengapa manusia melibatkan nama Tuhan dalam status-statusnya. Curhat macam apa? Kegaduhan macam apa yang bersemayam dalam hatinya. Hingga berdoa dilakukannya di dunia maya?  Yah, bukannya saya memungkiri, memang Tuhan ada di mana saja. Namun bila mengadu lewat status, saya rasa curhatan/doa itu akan lebih mengarah ke mencari perhatian daripada memang berdoa. Kadang saya terheran-heran. Mereka menulis “ya Tuhan, semoga besok lancar.” “ya Tuhan, bila dia memang terbaik bagiku tolong berikan yang terbaik untuk kami,” ya Tuhan, tegarkan aku.”, dsb. Nah timbulah letidaksetujuan di benak saya. Apa Tuhan kita memiliki akun Facebook? Mengapa berdoa harus dipertontonkan ke banyak orang? Bukankah itu keluhan kita pribadi? Permintaan kita pribadi?

Saya hanya mencoba mengkritisi. Benar atau salahnya, semua kembali pada pembaca masing-masing. Lagipula di dunia ini tidak ada kebenaran mutlak. Semua nisbi. Kebenaran mutlak hanya milik Tuhan. Setelah kebenaran itu turun ke bumi. Melewati atmosfer, udara, bahkan ideologi manusia yang beragam, yang benar belum tentu benar, dan yang salah belum tentu salah. Bukankah itu seharusnya pemikiran manusia yang bijak? Toleransi, sekaligus demokratis.
Kembali lagi ke facebook, banyak manfaat yang dapat kita peroleh darinya. Salah satunya sebagai tempat untuk belajar. Iya belajar, kenapa tidak? Sekarang banyak diskusi-diskusi yang dilakukan dalam grup. Dihadiri oleh orang-orang yang terpisah bermil-mil jauhnya. Mereka dapat dipertemukan di sini,di dunia maya. Berbagi pemikiran, sharing, saling adu ide (secara sehat tentunya), melakukan event-event perlombaan tulis menulis, memicu kekreatifitasan putra-putri ibu pertiwi dalam dunia sastra. Semua dapat dilakukan di facebook. Jadi kembali lagi ke persoalan awal, fungsi dan dan manfaat facebook, tergantung pemilik akun masing-masing. Bagaimana mereka menjalankan dan memfungsikan akun tersebut.

Kita selaku pengguna Facebook, tentunya harus memanfaatkan kemajuan di bidang yeknologi inii secara maksimal. Alangkah menyedihkan, bila kemajuan zaman yang melahirkan teknologi macam ini berakhir dengan ke sia-sia an yang hanya berbuntut style/gaya hidup yang itu-itu saja. Bila memang begitu, dimana letak perkembangan? Dengan adanya facebook, seharusnya sarana untuk mengembangkan wawasan dapat bertambah. Mutu dan kualitas postingan yang kita publikasikan akan turut mempengaruhi seberapa terlibatnya kita dalam proses memajukan bangsa ini lewat dunia maya, lewat jejaring social.

Salah satu contoh misalnya. Dalam facebook kita bisa berbagi hal-hal yang bermanfaat, tulisan-tulisan yang pada akhirnya akan dibaca orang banyak, dan tentunya akan menambah pengalaman mereka. Meski bukan secara empiris, namun setidaknya, sedikit banyak, ada yang mereka dapatkan, termasuk ide-ide dan wawasan baru. Tanpa disadari, kita sudah ikut membantu meningkatkan ke intelektual an masing-masing pribadi. Kita sudah terlibat dalam proses pembangunan bangsa ini.

Selain memberi, kita juga bisa  meminta kritikan terhadap apapun yang kita posting di note. Baik itu puisi, cerpen atau artikel. Berbagai saran dan masukan tentunya dapat di terima secara lapang dada oleh pimilik note tersebut. Ini juga bagian dari proses pembelajaran. Dunia tulis menulis, dunia yang merangsang ke kreatifitasan. Dunia yang semakin takut dimasuki oleh penulis pemula, karma belum-belum sudah terbayang akan kegagalan. Pemikiran seperti ini harus ditinggalkan. Dan kesadaran makhluk sosial lah yang kemudian membantu mereka keluar dari jurang ketakutan. Hal ini terbukti dengan hadirnya grup-grup penerbit indie yang menerima naskah untuk kemudian diterbitkan. Tentunya mereka adalah sekumpulan orang-orang yang peduli dengan nasib ke kreatifitasan di negri ini.

Dengan berusaha memaksimalkan efek positif facebook, marilah kita mulai, minimal dari diri kita sendiri. Sudah benarkah akun yang kita jalankan, sudah bermanfaatkah akun kita untuk orang lain, terlebih-lebih untuk Indonesia. Karna bagaimanapun juga, facebook hanyalah alat, hanya sebuah media. Nasib alat ini akan tergantung pada penggunanya. Dan tentunya harapan saya, adalah sama dengan harapan anda semua. Semoga kehadiran facebok ini akan menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang cerdas, intelekltual, dan tangguh. Karna saya pribadi sangat yakin, segala sesuatu yang ada di bumi ini. Entah hal sekecil apapun, entah hal seremeh apapun. pasti akan mempunyai fungsi dan peranan sendiri-sendiri dalam kehidupan.

Begitu juga dengan facebook, semoga saja.  



Muhammad Dihlyz
Malang, 27 Desember 2012

0 komentar:

Posting Komentar

Apakah menurut anda postingan ini menarik? silahkan bagikan..

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...