Hari ini aku berjalan menyusur trotoar, tepat di depan alun alun kota yang rindang dengan berpuluh pohon berdahan kekar yang akarnya menggantung. Sebagai pusat kota, tentu banyak orang berkeliaran disana, semua sedang asik dengan urusannya masing masing. Pedagang bakso, penjual balon, topeng monyet, sampai para remaja yang mencuri curi celah dan berpacaran di balik pohon beringin.
“bakso 1 porsi pak”
kusulut kretekku dan kuhisap dalam-dalam sambil menikmati sore ini.
perhatianku tersita pada seorang ibu tua yang duduk di tikungan jalan, ia duduk beralas koran sambil meneteki bayinya. Tak lama kemudian, dua orang berambut gondrong dengan jaket jeans dan celana yang robek di bagian lutut menghampiri ibu itu, seperti ada transaksi di antara mereka. dengan raut muka sedikit kecewa, ibu itu menyerahkan kaleng kecil yang sedari tadi duduk manis di depannya. Setelah mengambil, preman itu pergi, namun satunya tetap berdiri, mengisyaratkan sesuatu. Dan akhirnya ibu itu berpindah ke ruas jalan yang lain.
Mataku terus membuntuti, aku benar-benar menyaksikan, saat kedua preman itu kembali datang dengan menyodorkan capil dan gitar kecil. Terjadi lagi komunikasi diantara mereka, mereka memaksanya untuk mengamen. Awalnya ibu itu mengiyakan saja, perlahan ia berdiri, sebelum pada akhirnya bayi yang diteteki menangis. Ia duduk kembali, kedua preman itu marah-marah. Namun sang ibu memilih menenangkan bayinya, daripada mendengar suara-suara ocehan itu. keadaan menjadi lparah, saat mereka menyeret ibu itu dengan paksa. Namun ibu itu tetap bertahan, dengan sekuat tenaga ia memberontak.. yah, sekalipun uang bisa membeli segalanya, uang bisa membeli waktu,jabatan,bahkan ideologi, namun sayang sekali, mau zaman berubah macam apapun, teknologi secanggih apapun, uang tidak akan pernah bisa membeli cinta.
“pak, ini baksonya, kalau mau tambah sambal silahkan ambil sendiri”
Perhatianku terusik, kuterima mangkok dari penjual bakso itu.
Sesaat kemudian jalanan macet, aku tak bisa melihat seberang. Namun setelah kepadatan mereda, ketika kucari kembali ibu tadi, ia sudah tak ada.
Muhammad Dihlyz
26 November 2012
0 komentar:
Posting Komentar